Wednesday 10 December 2008

tertelan kemarau dimusim dingin

VIRUS JIWA

cintaku padamu hanya sebatas angin
bertabur ketidak mengertian jiwa pada alam


surat cinta yang pernah terkirimkan
telah terkoyak badai tadi pagi
kerinduanku padamu telah kutumpahkan penuh
dalam tiap tetes embun pagi yang membasuh bukit candikuning

kuingin melangkah kaki mengayuh rindu yang mendayu

tapi ku tak kuasa menahan bekunya angin yang mendekap kakiku
ku tak mampu lagi menahan deru rindu ini
kala ku tahu disana keciap burung-burung seakan berpesta menikmati indahnya danau beratan
aku rindu kamu kekasihku aku rindu pada titik embun yang membalur dedaunan pohon dan perdu bebukitan
aku rindu nyanyian pedagang sayur dan jagung rebus

aku rindu nikmatnya menghirup secangkir kopi dikedai itu

aku rindu padamu kekasihku
aku rindu......................
tidakkah engkau juga merasakan deru rinduku menggebu, kekasihku?

kini semuanya telah berlalu bersama debu-debu yang beku membatu dihatiku




Angantaka, 24 Februari 2008
Pk. 08.00 Wita

(c) Karmapooja Sairamadipta

No comments:

Post a Comment